Selasa, 24 Maret 2015

Inspirasi : Perjuangan Adikku Demi Seorang Teman Tuna Rungu



Aku hanyalah seorang pria berusia 23 tahun yang tinggal dengan kedua orang tua dan seorang adik laki-laki yang kini mulai menginjak usia remaja. Harus kuakui bahwa aku bukan seorang kakak yang baik untuk adikku, sebut saja. Tak pernah sedikit pun kuluangkan waktu untuk mengawasi atau setidaknya menanyakan kesehariannya. Karena bagiku, dia adalah anak nakal yang sama sekali tak bisa diandalkan. Saat teman-temanku berkunjung, dia selalu saja mengacau sehingga semuanya enggan kembali ke rumahku.
Namun entah bagaimana, kedua orang tuanya selalu saja percaya pada adik. Setelah sekian banyak kekacauan dan kenakalan yang dilakukannya, mereka masih saja berusaha meyakinkan bahwa dia adalah adik yang sangat baik. Orang tuaku ingin hubunganku dengan Adik jauh lebih intim, namun aku sama sekali tidak tertarik. 

Di sisi lain, kadang aku benar-benar merasakan hangatnya kasih sayang seorang adik dari dalam diri. Dia sering memintaku mengantarkannya ke tempat-tempat seperti taman, perpustakaan dan lain-lain. Dia juga tak pernah lelah mengajakkan bermain, walau keinginannya selalu kurespon dengan penolakan. Namun suatu hari, ada sebuah kejadian yang akhirnya membuka mataku.
Namun tanpa banyak bertanya, aku menolak dan meninggalkannya dalam kekecewaan. Rupanya, hal itu membuatnya kemudian memutuskan untuk pergi sendirian. Selama beberapa hari setelahnya, kulihat dia selalu asyik dengan buku bahasa isyarat yang dibacanya, sementara aku dibuat makin tak mengerti dengan keanehannya.
Hal ini benar-benar membuka mataku. Bagaimana mungkin aku tega menolak permintaan Adikku, sementara dia ingin melakukan kebaikan. Bagaimana mungkin anak semuda dia terpikir untuk memberikan ilmu pada anak yang selama ini bahkan disisihkan oleh warga. Ah! Sepertinya memang ada banyak hal harus kupelajari dari adikku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar