Aku
hanyalah seorang pria berusia 23 tahun yang tinggal dengan kedua orang tua dan
seorang adik laki-laki yang kini mulai menginjak usia remaja. Harus kuakui
bahwa aku bukan seorang kakak yang baik untuk adikku, sebut saja. Tak pernah
sedikit pun kuluangkan waktu untuk mengawasi atau setidaknya menanyakan
kesehariannya. Karena bagiku, dia adalah anak nakal yang sama sekali tak bisa
diandalkan. Saat teman-temanku berkunjung, dia selalu saja mengacau sehingga
semuanya enggan kembali ke rumahku.
Namun
entah bagaimana, kedua orang tuanya selalu saja percaya pada adik. Setelah
sekian banyak kekacauan dan kenakalan yang dilakukannya, mereka masih saja
berusaha meyakinkan bahwa dia adalah adik yang sangat baik. Orang tuaku ingin
hubunganku dengan Adik jauh lebih intim, namun aku sama sekali tidak tertarik.
Di
sisi lain, kadang aku benar-benar merasakan hangatnya kasih sayang seorang adik
dari dalam diri. Dia sering memintaku mengantarkannya ke tempat-tempat seperti
taman, perpustakaan dan lain-lain. Dia juga tak pernah lelah mengajakkan
bermain, walau keinginannya selalu kurespon dengan penolakan. Namun suatu hari,
ada sebuah kejadian yang akhirnya membuka mataku.
Namun
tanpa banyak bertanya, aku menolak dan meninggalkannya dalam kekecewaan.
Rupanya, hal itu membuatnya kemudian memutuskan untuk pergi sendirian. Selama
beberapa hari setelahnya, kulihat dia selalu asyik dengan buku bahasa isyarat
yang dibacanya, sementara aku dibuat makin tak mengerti dengan keanehannya.
Hal
ini benar-benar membuka mataku. Bagaimana mungkin aku tega menolak permintaan Adikku, sementara dia ingin melakukan kebaikan. Bagaimana mungkin anak semuda
dia terpikir untuk memberikan ilmu pada anak yang selama ini bahkan disisihkan
oleh warga. Ah! Sepertinya memang ada banyak hal harus kupelajari dari adikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar